Melanjutkan Artikel saya yang dahulu tentang begitu pentingnya pembelajaran Bahasa Inggris sejak dini, maka di sini saya akan membahas mengenai kurikulum, materi, tenaga pengajar dan kebijakan serta dukungan Pemerintah tentang Pengajaran Bahasa Inggris di Satuan Pendidikan Dasar terutama di Sekolah Dasar (SD).
Masalah yang dihadapi guru-guru pengampu Bahasa Inggris di SD adalah mengenai Kurikulum dan perangkat pembelajarannya yang belum jelas. Pemerintah Pusat memang sudah memberikan rambu-rambu, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai lulusan Sekolah Dasar. Akan tetapi kenyataannya di lapangan kami sebagai pelaksana lapangan, sebagai guru yang mengajar Bahasa Inggris masih merasa kebingungan. Tidak ada kejelasan, tidak ada sosialisasi, tidak ada kebijakan dari Pemerintah Daerah mengenai Kurikulum Bahasa Inggris di SD. Akhirnya kami mengajar dengan cara kami sendiri, materi kami sendiri dan buku-buku panduan serta buku penunjang sendiri pula. Tidak ada keseragaman materi di lingkup Kabupaten. Kemudian yang terjadi adalah antara soal semesteran yang didistribusikan kepada kami dari Kabupaten tidak sama dengan materi yang kami ajarkan di Sekolah. Antara SD yang satu dengan yang lainnya juga belum tentu sama materi Bahasa Inggris yang diajarkan.
Sebenarnya pemerintah Kabupaten Batang sudah secara resmi menetapkan Bahasa Inggris sebagai Mulok Kabupaten. Akan tetapi dari pemerintah tidak ada kejelasan mengenai perangkat pembelajarannya, kurikulumnya seperti apa, RPP Silabus, materi dan buku pedoman yang sama sekali kabur. Selain masalah diatas, juga masalah tenaga pengajarnya yang tidak jelas. Belum ada SK dari Bupati tentang pengangkatan Guru Bahasa Inggris SD.
Di lingkungan Kabupaten Batang, yang saya tahu kebanyakan yang mengajar dan mengampu Mata Pelajaran Bahasa Inggris bukan dari guru yang memang kompeten dalam Bahasa Inggris. Bahasa Inggris diajarkan oleh guru kelas, guru Agama ataupun guru PenjasOrkes yang merankap. Memang ada guru-guru yang memang berkompeten yang dari S1 Pendidikan Bahasa Inggris tetapi jumlahnya minim.
Yang menjadi permasalahan berikutnya adalah ketika naskah soal semesteran Bahasa Inggris yang dibuat dari Kabupaten Batang, materinya tidak sama dengan materi yang kami ajarkan di SD. Ini adalah konsekuensi dari kekurangjelasan Kurikulum Bahasa Inggris SD di Kabupaten Batang. Akibatnya karena tidak ada kesamaan persepsi, kesamaan materi antara yang membuat soal dengan yang diberi soal akhirnya nilai anak yang kurang memuaskan. Lantas siapa yang pantas disalahkan? Pembuat soalkah? Guru? Ataukah murid?
Saya dan teman-teman guru pengampu Bahasa Inggris lainnya tidak tahu siapa yang membuat soal semesteran. Yang jelas selama ini kami tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan soal semesteran Bahasa Inggris. Selama ini kami hanya menerima distribusi soal Bahasa Inggris dari Kabupaten. Kami merasa tidak ada transparansi, komunikasi dan demokrasi dalam penyusunan soal. Bukan berarti kami menjelekkan pembuat soal, tetapi fakatanya, banyak soal-soal yang secara gramatikal tidak bisa diterima. Kejadian berlangsung lama. Kami hanya bisa diamsaja karena memang kami tidak diberi kesempatan memberikan kritik dan saran. Kami tidak pernah dilibatkan. Padahal kami guru-guru yang mengajar Bahasa Inggris memiliki Forum Pertemuan Guru (KKG) yang tersebar di Seluruh Kecamatan di Kabupaten Batang. Seharusnya dalam penyusunan soal-soal Bahasa Inggris tingkat Kabupaten melibatkan perwakilan guru-guru Bahasa Inggris dari masing-masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Batang sehingga kualitas dan ketepatan soal bisa diandalkan dan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Keberhasilan Pembelajaran Bahasa Inggris di SD menurut saya pribadi tergantung faktor-faktor yang saya sebutkan di atas, yaitu Kurikulum dan Perangkat Pembelajaran, Tenaga guru yang Profesioanal (lulusan S1 Bahasa Inggris), kemudian faktor berikutnya adalah adanya dukungan dari Pemerintah terutama Pemerintah Daerah/Kabupaten. Jika kita melihat fenomena pendidikan Bahasa Inggris di Kabupaten Batang tadi, maka Pendidikan Bahasa Inggris tidak akan memberikan output yang diharapkan. Jika kita mau melangkah, langkah kita pasti, tidak ragu-ragu, tidak setengah-setengah. Sesuatu yang setengah-setengah hasilnya tidak akan maksimal. Sesuatu yang maksimal saja belum tentu maksimal hasilnya, apalagi yang setengah-setengah, maka dari itu harapan kita semua marilah kita melangkah pasti, kami mengharap akan ada perubahan mengenai Kejelasan Kurikulum, perangkat pembelajaran serta tenaga pengajarnya dalam kaitannya dengan Pendidikan Bahasa Inggris SD di negara Indonesia tercinta ini. Bukankah kita tidak mau ketinggalan dengan Negara lain? Maka saatnya kita benahi Pendidikan Dasar kita, terutama Pendidikan Bahasa Inggris sejak dini yang berkualitas guna menghadapi tantangan global.