5 Penghambat Kreatifitas Anak: (5 hal yang bisa membunuh kreatifitas anak usia dini) By Kak Zepe

asterling.typepad.com
Mengerti kepribadian anak adalah hal yang tidak mudah bagi orang dewasa atau orang tua. Tidak jarang anak mengalami pola asuh yang salah dari orang  tuanya, karena pengetahuan orang tua masih kurang dalam mengasuh buah hatinya. Agar kita tidak menggunakan pola asuh yang salah bagi buah hati kita, mari kita perhatikan beberapa hal yang bisa menghambat  kreatifitas anak.

Saya akan memberikan 5 penghambat  kreatifitas anak:


1.    Tidak percaya pada anak
Anak-anak yang merasa tidak dipercaya oleh orang tuanya   juga bisa mebuat  mereka menjadi  rendah diri. Misalnya, pada saat  buah hati kita ingin membantu barang bawaan hasil belanjaan. Karena kita tidak percaya, kita tidak memperbolehkannya. Bila kita mengalami hal yang serupa, alangkah lebih baik bila kita juga memberikan kesempatan buat  sang buah hati untuk bisa membantu kita. Yaitu dengan cara memberikan barang belanjaan yang lebih ringan dan mampu diangkat oleh seorang anak. Masih banyak kasus yang lain yang menunjukkan sikap  kepercayaaan kita pada sang buah hati.

2.    Mencela anak
Memberikan komentar negative atas apa yang dilakukan anak atau hasil yang  dikerjakan oleh anak juga bisa membuat anak menjadi down. Mereka biasanya menjadi kehilangan gairah untuk berkreasi, dan belajar hal-hal yang baru. Alangkah lebih baik, bila kita banyak memberikan pujian, meski apa yang dilakukan oleh buah hati  kita tidak seindah yang kita harapkan. Berikanlah kata-kata atau komentar yang bersifat  memuji dan memotivasi, supaya anak-anak menjadi lebih bersemangat dalam belajar menjadi lebih baik lagi.

3.    Terlalu khawatir
Mungkin kita pernah menemukan buah hati kita sedang bermain di dekat selokan. Dan dengan perasaan khawatir, atau bahkan membuat anak menjadi takut atau kaget juga bisa memberikan kontribusi  negative pada kejiwaan anak. Bila anak mulai  bermain atau melakukan hal-hal yang berbahaya, tetaplah tenang  dalam menangani mereka. Jangan buat mereka kaget atau takut. Karena anak yang terlalu  sering dikagetin dan dibuat takut, biasanya menjadi  suka menutup diri dari pergaulan pada saat  mereka beranjak dewasa.

4.    Tidak memberikan kesempatan berekspresi
Anak-anak usia dini, suka sekali  berlari, berteriak, bermain sambil ngomong sendiri, memainkan permainannya  dengan berisik, dan lain-lain. Mungkin sebagai orang yang dewasa,  hal ini sangat mengganggu, sehingga kadang kita menyuruh mereka untuk tidak berisik. Dengan menyuruh mereka untuk bermain dengan tenang dan tidak membuat  gaduh, anak-anak menjadi  merasa tertekan. Dalam tekanan inilah, anak-anak menjadi  kurang bisa berekspresi secara bebas. Alangkah baiknya, bila kita memberikan kesempatan anak-anak untuk berekspresi secara bebas. Bisa dengan cara memberikan ruangan bermain khusus bagi mereka, menemani  mereka, atau bisa juga dengan cara membuatkan jadwal bermain bagi mereka. Mengajak anak-anak bermain di ruangan terbuka, misalnya dengan mengajak bermain di taman dan wisata alam akan sangat membantu anak untuk bisa berekspresi  secara kreatif dan bebas.

5.    Menghukum secara fisik dan membentak
Menghukum anak secara fisik (menampar,  menjewer,  mencubit, dll) serta membentak dengan suara keras,  mungkin anak membuat anak takut, tapi  untuk jera saya kira akan sangat sulit.  Anak yang sering dihukum secara fisik dan dibentak, biasanya hanya tampak baik pada saat mereka ada di depan kedua orang tuanya. Namun di luar sana, misalnya di lingkunagn sekolah atau masyarakat, kemungkinan  besar mereka bisa melakukan kesalahan yang sama. Karena anak  jaman sekarang tidak suka diperlakukan seperti  ini, mereka cenderung lebih cerdas dalam berpikir. Misalnya, buah  hati kita menyakiti  temannya, dan kita menghukumnya dengan mencubit, tentu   saja anak  menjadi bingung  arti “didikan” kita. Bisa saja  buah hati kita  berpikir kalau perlakuan kasar,  dibalas dengan perlakukan kasar adalah halal hukumnya. Bila  buah hati  kita melakukan kesalahan,  alangkah  lebih  baik  bila kita  lebih menasihati  dan mengarahkan mereka dengan alasan-alasan yang logis. Misalnya dengan mengatakan,”Kalau kamu  tidak   mau disakiti temen,  jangan menyakiti  temen ya….   Atau dengan menanyakan,”Dicubit  itu sakit tidak?  Kamu mau dicubit?” Tentu  saja tidak perlu  membentak,  walaupun harus tegas saat  mengatakannya.  Hal itu pasti   akan lebih diterima  oleh  sang  anak, dan anak-anak pun akan terbuentuk “dari  dalam”.


Silakan Mempublikasikan Karya-karya Saya dengan mencantumkan: Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com