TEMPO.CO, Jakarta - Maria Katarina dan Ghisela Rhevitania membuat sentuhan kecil pada teknologi pembuatan kertas. Siswi kelas XII program IPA SMA Negeri 6 Kota Yogyakarta ini mengutak-atik bahan kertas yang ramah lingkungan atau green technology. Mereka menemukan kertas halus dari bahan pelepah salak.
"Prinsip (temuan)nya mudah, bahan kimia pelengkap juga tidak rumit," kata Maria Katarina kepada Tempo.
Maria dan Ghisela memang amat ingin membuat karya ilmiah berbau teknologi ramah lingkungan. Alasannya sederhana, karya semacam itu kerap lolos muda dalam kompetisi. Peluang mereka menang semakin besar. Namun temuan mereka dituntut harus inovatif. Supaya penemuan mereka bisa memberi prestasi dalam kompetisi nasional, atau bahkan internasional.
Namun tak mudah mendapatkan gagasan karya yang cemerlang. "Saya suka kimia, namun susah mencari ide yang belum digarap," kata Maria. Terbersitlah, kertas alternatif berbahan ramah lingkungan.
Perburuan data pun dimulai. Pembuatan kertas alternatif sudah banyak muncul di dunia maya ketika mencari artikel di google. Banyak teknik membuat kertas bermunculan mulai kertas berbahan pelepah pisang, batang padi, dan aneka sampah organik lain. "Tapi, kami paham, prinsipnya bahan (kertas) harus berserat," ujar dia.
Sentuhan kecil muncul dari Maria dan Ghisela yang kala itu duduk di kelas XI. Bahan pembuat bubur kertas itu berbeda, yakni dari batang pelepah buah salak. Salak kebetulan banyak tumbuh di sekotar rumah kerabatnya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelepahnya sering hanya menjadi sampah.
Mereka kemudian mulai meramu bubur kertas dari daging batang pelepah salak. "Ternyata bisa, namun kertas awalnya kasar," kata Maria. Mereka kemudian memperhalus daging pelepah salak itu. Mereka menghaluskan kertas itu dengan memperhalus bahan dan menambah bahan kimia Natrium Hidroksida (NaOH). "Di buku-buku kimia zat ini sudah terkenal untuk penghalus permukaan kertas dan memutihkan warnanya," kata dia.
Maria dan Ghisela ternyata berhasil. Kertas halus dan putih bisa dibuat dari batang pelepah salak. Hasil utak-atik pelajaran kimia ini menghasilkan prestasi. Katarina dan Ghisela meraih medali perunggu ajang Asean Young Inventors Exhibition (AYIE) di Malaysia, Mei 2013 lalu. Mereka memberi judul karyanya "Kertas Getah Salak".
Mereka pun berharap prestasinya bisa mengatarkannya masuk perguruan tinggi bergengsi. (Baca Lengkap: Karya Para Penemu Muda)
ADDI MAWAHIBUN IDHOM