TEMPO.CO, Yogyakarta -Prihatin melihat tumpukan sampah yang kerap terlihat di sungai kota-kota besar di Indonesia membuat Nurina Zahra Rahmati, Tri Ayu Lestari, dan Elizabeth Widya Niadianita, terdorong membuat alat. Tiga pelajar SMAN 6 Kota Yogyakarta ini pun membuat turbin undershoot penyaring sampah. Bagaimanakah cara kerja alat itu?
Nurina menjelaskan, prinsip kerja alat ini adalah membersihkan sungai dengan menyaring sampah secara otomatis di berbagai titik alirannya. Prototipe "Turbin Undershoot Penyaring Sampah" berbentuk baki persegi panjang. Bahan utamanya alumunium yang dirancang membentuk kolam berisi air sebagai tiruan sungai. Panjangnya satu meter, lebar setengah meter, dan tinggi 20 sentimeter. Di dalam baki ada rangkaian mesin khusus yang menjadi miniatur penyaring sampah. Penempatannya diletakkan di posisi menghadang aliran sungai.
Deretan bagian depan rangkaian alat penyaring sampah dimulai dengan dua turbin yang terpasang sejajar di bagian kanan dan kiri. Pemasangannya membentuk sebuah gerbang yang memenuhi sepertiga badan baki yang menjadi miniatur sungai. Dua turbin yang sebagian badannya tercelup air itu memutar searah dengan aliran sungai. Model aliran sungai di baki dibuat oleh penemu-penemu belia ini dengan cara manual. Mereka menggerakkan air ke arah turbin dengan tangan.
Putaran turbin berfungsi menjaring sampah. Begitu sampah mendekati turbin, aliran air yang membawanya makin kencang. Sampah pun lekas berlari ke arah belakang kedua turbin. Di belakang turbin, sudah menghadang papan dari lempeng aluminium yang terpasang dengan kemiringan 80 derajat. Papan ini berjalan otomatis ke arah menjauh dari turbin.
Cara kerja alat ini mirip eskalator yang mengangkut orang ke lantai lebih tinggi seperti di banyak mal. Papan berjalan ini bergerak karena sistem giginya terhubung dengan rantai yang menyambung ke turbin.
Begitu sampah sampai di titik tertinggi dari gerak ekskalator miring tersebut, sampah akan jatuh ke belakang alat penyaring sampah. Di sana, bak sampah penampungan sudah menunggu. "Turbin di prototipe ini digerakkan oleh baterei listrik biasa," kata Nurina pada Tempo saat memamerkan alat itu di pameran Jogja Edu Expo, Sabtu, 19 Juli 2013 lalu.
Ide brilian tiga peneliti belia ini tak berhenti. Niadianita, anggota tim lainnya, mengatakan alat tersebut bisa dikembangkan lebih canggih di dunia nyata. "Makin hemat energi apabila dilengkapi generator dan baterei penyimpan listrik yang memanfaatkan energi putaran turbin yang digerakkan derasnya aliran sungai," kata pelajar program IPS ini.
Niadianita mengatakan inovasi juga bisa ditambahkan pada papan ekskalator yang menaikkan sampah. Jalur jalan papan berjalan yang membawa sampah bisa dibelokkan ke arah pinggiran sungai. "Bak sampah jadi lebih luas," ujar dia.
Kecemerlangan karya tiga siswi yang kini duduk di kelas XII itu mendapat penghargaan internasional. Karya mereka berhasil meraih medali emas kategori green technology di ajang International Exhibition for Young Inventor (IEYI) 2013 di Malaysia pada awal Mei lalu. (Baca: Edisi Khusus Penemu Muda)
ADDI MAWAHIBUN IDHOM