TEMPO.CO, Yogyakarta -Prototipe pembersih sampah sungai atau "Turbin Undershoot Penyaring Sampah" tidak lahir dari aktivitas sibuk yang membuat pusing layaknya persiapan Ujian Nasional. Karya yang mengantarkan tiga siswi SMAN 6 Kota Yogyakarta menyabet medali emas kategori green technology di ajang International Exhibition for Young Inventor (IEYI) 2013 di Malaysia pada awal Mei lalu itu lahir dari aktivitas gembira dan semangat coba-coba.
Ketiga siswi yang kini duduk di kelas XII itu adalah Nurina Zahra Rahmati, Tri Ayu Lestari, dan Elizabeth Widya Niadianita. Niadianita mengaku tidak ada beban saat mereka merampungkan pembuatan alat itu. Alat itu mulanya juga hanya dibuat untuk memenuhi tugas karya ilmiah pelajaran muatan lokal riset saat mereka duduk di kelas XI. "Modal iseng sih, enggak ribet-ribet amat, kok," kata Niadianita.
Dia bercerita ide awal membuat karya untuk memecahkan solusi sampah di sungai merupakan saran guru. Saran itu disampaikan guru pelajaran muatan lokal riset di sekolahnya karena mudah menang kompetisi. "Tapi tidak ada target harus menang juga," kata dia.
Saran itu kemudian mereka kembangkan lewat pengamatan langsung di sungai. Kebetulan, lokasi SMAN 6 Kota Yogyakarta hanya berjarak sekitar 300 meter dari aliran Sungai Code yang membelah kota Yogyakarta. "Di sana memang banyak sampah, maklum dekat permukiman," ujar Niadianita.
Mulanya hasil menggali informasi di internet yang dilakukan Niadianita dan dua rekannya tidak memuaskan. "Belum ada alat khusus yang canggih bisa memungut sampah dari sungai," ujar dia.
Karena terdesak waktu ujian akhir sekolah di penghujung kelas XI, mereka akhirnya menemukan gagasan sederhana, yakni menggerakkan sampah ke penampungan dengan papan berjalan mirip eskalator. Tidak disangka, proposal karya ini ternyata lolos menjadi finalis IEYI 2013 di Malaysia. "Kami sudah kelas XII dan lama tak mengutak-atik alat ini," ujar dia.
Tri Ayu Lestari, rekan satu tim Niadianita, menambahkan informasi lolosnya karya mereka ke IEYI Malaysia membuat mereka mulai serius menggarap alat ini. "Maklum, kalau menang, kan, hebat. Kelas internasional," ujar dia.
Ayu mengatakan mereka kembali mengubek-ubek internet untuk mencari ide agar alat penyaring sampah sungai makin efektif. Konsep "turbin undershoot" akhirnya muncul. "Dengan perangkat ini makin banyak sampah terserah ke arah putaran turbin dan terangkut papan berjalan ke bak sampah," kata dia. (Begini cara kerja alat penyaring sampah)
Ketiga siswi ini pun mengebut penyempurnaan karya mereka sebulan penuh menjelang tenggat akhir penyusunan laporan karya ilmiah ke panitia IEYI. "Kami kerja banting tulang sekitar sebulan itu," kata dia. Hasilnya mengejutkan. Mereka memenangi medali emas kategori teknologi hijau. "Kami benar-benar enggak menyangka," ujar dia.
Selepas memenangi kompetisi, gagasan untuk penyempurnaan alat itu makin menggebu. Ayu membayangkan apabila alat itu terpasang di banyak titik aliran sungai, masalah sampah penyebab banjir bakal tuntas. "Kami mulai berfikir alat ini bisa berguna," ujar Ayu. (Baca: Edisi Khusus Penemu Muda)
ADDI MAWAHIBUN IDHOM