Dihapusnya Bahasa Inggris di SD memberikan angin segar bagi kursus dan bimbingan belajar (bimbel) Bahasa Inggris.


Perubahan kurikulum di Sekolah dasar terutama tidak adanya pelajaran Bahasa Inggris di satu sisi akan menyebabkan gagapnya anak didik dalam persiapan menyongsong pelajaran Bahasa Inggris di tingkat sekolah lanjutan (SLTP/MTs). Bahasa Inggris di Sekolah lanjutan statusnya bukan mulok akan tetapi pelajaran pokok, pelajaran wajib dan masuk dalam pelajaran yang menentukan kelulusan. Secara substansi, mata pelajaran ini berbeda dengan di SD. di Sekolah lanjutan Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis genre atau melalui pendekatan jenis-jenis teks. Anak belajar Bahasa Inggris, empat aspek Bahasa Inggris di dalam suatu teks, seperti: recount, narrative, cescriptive, procedure dan lainnya. Seperti ketika kita belajar suatu tenses Bahasa Inggris, nantinya sudah ada dalam pembelajaran suatu teks genre. Misalkan kita ambil teks recount, di dalam teks ini tujuannya adalah menceritakan suatu pengalaman seseorang di masa lampau atau lewat maka tenses yang dipelajari di dalam jenis teks ini adalah past tense.

Kursus Bahasa Inggris merupakan solusi alternatif  untuk persiapan anak  SD
untuk  menerima pelajaran  Bahasa Inggris di SLTP/MTs.
The picture is from : http://www.waralabaku.com


Mulai tahun ajaran depan tahun 2013/2014 praktis tidak akan ada lagi Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Kalaupun ada itu sifatnya adalah sebagai ekstrakurikuler sekolah. Pengajaran Bahasa Inggris tidak akan seefektif seperti biasanya dan sangat kecil alokasi waktunya di luar jam pelajaran. Besar kemungkinan tidak diajarkan ke anak didik. Anak didik tidak akan lagi dapat belajar Bahasa Inggris. ini menyebabkan mereka tidak ada persiapan di dalam menyongsong Bahasa Inggris di sekolah lanjutan yang lebih kompleks.

Salah satu alternatif yang dapat dijadikan solusi adalah anak-anak dapat belajar dan mempersiapkan diri di SLTP dengan mengikuti bimbingan belajar Bahasa Inggris di kursus-kursus dan bimbingan belajar Bahasa Inggris di luar sekolah atau pendidikan formal. Anak-anak akan kesulitan menghadapi Bahasa Inggris di sekolah lanjutan jika sama sekali tidak dibekali dengan pengenalan dasar Bahasa Inggris sebelumnya. Bahasa Inggris di SLTP jelas memerlukan pendidikan dasar lebih dahulu sebelum benar-benar menerima pelajaran di tingkat ini dan sementara solusinya adalah dengan mengikuti kursus Bahasa di lembaga-lembaga bimbingan belajar non formal. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah ketika yang dapat mengikuti atau les di bimbel adalah anak-anak yang notabene adalah anak dari orang yang secara ekonomi mampu. Lantas bagaimanakah nasib dengan mereka yang berlatar belakang keluarga tidak mampu? Apakah mereka juga bisa mengikuti les di Bimbel? Padahal di bimbel itu tidak gratis alias berbayar. Bimbingan belajar sebagian besar adalah milik mereka bagi anak-anak yang dari keluarga mampu. Ini jelas akan menyebabkan anak-anak tidak mampu tiada mendapat pendidikan dasar Bahasa Inggris kemudian di Sekolah lanjutan kelak juga akan tertinggal jika dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya telah mengikuti dan mempersiapkannya di Bimbingan dan kursus Bahasa Inggris dasar. There will be a large gap between the rich’s children and the poor’s. Yang kaya makin kaya yang miskin makin menderita . . . is it fair? No, It is not