Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong tinggi. Namun sayangnya, masih sangat banyak penderita penyakit ini yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan baik. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat kurang paham dengan penyakit hipertensi dan pemahaman tentang bahayanya.
Padahal, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kematian. Pasalnya, hipertensi adalah awal terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan angka terbesar di Indonesia.
Berkaca pada hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas) 2007, sekitar 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%.
Yang mengerikan lagi, dari 31,7% persen prevalensi hipertensi tersebut diketahui, yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2%. Sementara dari kasus tersebut yang sadar dan menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4%.
Karena itulah, demi menyadarkan masyarakat akan pentingnya bahaya hipertensi, Indonesian Society of Hypertension (InaSH) terus berusaha mengkampanyekan pentingnya menjaga kesehatan.
“Salah satu kegiatan InaSH selain workshop hipertensi yang sudah berjalan baik yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, kegiatan lain adalah kerjasama dengan beberapa instansi untuk meng-highlight hal-hal yang merupakan informasi terbaru atau breaking news di bidang hipertensi. Salah satunya adalah kegiatan Meet the expert yang mendatangkan international speakers ini,” tutur dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP dari RS Jantung Harapan Kita dalam Seminar Internasional bertajuk Meet The Experts in Blood Pressure Variability yang diselenggarakan oleh InaSH, dan didukung oleh PT Pfizer Indonesia di Manhattan Hotel, Jakarta, Sabtu (8/9/2012).
“Dalam penatalaksanaan hipertensi, Pfizer telah berkontribusi sejak 20 tahun yang lalu, tidak hanya melalui produk tetapi juga melakukan edukasi baik kepada kalangan medis maupun masyarakat. Ini merupakan sebuah komitmen dari visi kami untuk menjadikan Indonesia yang lebih sehat,” timpal Public Affairs & Communications Director Pfizer Indonesia, Widyaretna Buenastuti.
Padahal, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kematian. Pasalnya, hipertensi adalah awal terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan angka terbesar di Indonesia.
Berkaca pada hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas) 2007, sekitar 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%.
Yang mengerikan lagi, dari 31,7% persen prevalensi hipertensi tersebut diketahui, yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2%. Sementara dari kasus tersebut yang sadar dan menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4%.
Karena itulah, demi menyadarkan masyarakat akan pentingnya bahaya hipertensi, Indonesian Society of Hypertension (InaSH) terus berusaha mengkampanyekan pentingnya menjaga kesehatan.
“Salah satu kegiatan InaSH selain workshop hipertensi yang sudah berjalan baik yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, kegiatan lain adalah kerjasama dengan beberapa instansi untuk meng-highlight hal-hal yang merupakan informasi terbaru atau breaking news di bidang hipertensi. Salah satunya adalah kegiatan Meet the expert yang mendatangkan international speakers ini,” tutur dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP dari RS Jantung Harapan Kita dalam Seminar Internasional bertajuk Meet The Experts in Blood Pressure Variability yang diselenggarakan oleh InaSH, dan didukung oleh PT Pfizer Indonesia di Manhattan Hotel, Jakarta, Sabtu (8/9/2012).
“Dalam penatalaksanaan hipertensi, Pfizer telah berkontribusi sejak 20 tahun yang lalu, tidak hanya melalui produk tetapi juga melakukan edukasi baik kepada kalangan medis maupun masyarakat. Ini merupakan sebuah komitmen dari visi kami untuk menjadikan Indonesia yang lebih sehat,” timpal Public Affairs & Communications Director Pfizer Indonesia, Widyaretna Buenastuti.
Ya, Blood Pressure Variability ini untuk sebagian dari kalangan medis merupakan suatu topik aktual yang perlu diketahui. “Dalam penatalaksanaan hipertensi tidak hanya tekanan darah sesaat saja yang diperhatikan akan tetapi perilaku tekanan darah sepanjang waktu tertentu yang penting untuk diperhatikan dimana hal tersebut berhubungan dengan prognosa organ organ target yang dipengaruhi oleh hipertensi,” kata Prof. Wiguno Prodjosudjadi MD, Phd dari RSCM.
Seminar Internasional bertema Meet The Experts in BP Variability tersebut mendatangkan beberapa narasumber dari mancanegara. Mereka adalah Director of Cardiovascular for the UCSF Fresno at Stanford University, yang juga anggota American Heart Association, Prof Prakash Deedwania, Gianfranco Parati Head Dept Cardiology S Luca Hospital Milan Italian, Prof Wiguno Prodjosudjadi MD Phd member Indonesian Society of Hypertension, serta dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP dari RS Jantung Harapan Kita.