Menurut Penulis, pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia khususnya di sekolah dasar beorientasi atau bertujuan pada dua hal yaitu tujuan pencapaian vocabulary dan tujuan komunikatif. penulis selanjutnya memberi istilah Vocabulary-based learning dan communicative-based-learning.Vocabulary based leaning adalah model pembelajaran/pengajaran Bahasa Inggris yang berorientasi pada penguasaan atau lebih ditekankan pada perbendaharaan kata(Vocabulary). Sedangkan Communicative based learning adalah model pembelajaran/pengajaran Bahasa Inggris yang berorientasi/menekankan pada penguasaan Bahasa Inggris aktif untuk tujuan komunikasi.
Menurut penulis, pembelajaran dan pengajaran Bahasa Inggris di SD yang sudah berjalan selama ini menganut model/pendekatan Vocabulary-based-learning. Guru memberikan materi dan mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak didiknya sebagian besar berorientasi pada perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris atau lebih mementingkan penguasaan vocabulary. Anak dikatakan telah berhasil apabila ia telah menguasai vocabulary dan dia dapat menjawab pertanyaan secara tertulis dengan benar.
Aktifitas pembelajaran lebih kepada repeat after the teacher atau guru mengucapkan murid menirukan. Memang benar anak telah belajar dua aspek sekaligus yaitu aspek listening dan speaking akan tetapi ini lebih dimaksudkan kaitannya dengan penguasaan vocabulary. Selanjutnya Guru menuliskan vocabulary tadi kepada anak-anak didiknya. Untuk melatih anak mengenal dan hafa tulisan /kosakata tersebut guru memberikan latihan soal berkaitan dengan penguasaan vocabulary(ditinjau dari tulisan). Contoh latihan soal vocabulary seperti : Menyusun huruf-huruf acak menjadi kata/vocab yang sedang dipelajari, menemukan kata dalam kotak yang berisi huruf acak, menjodohkan/matching, melengkapi huruf yang hilang(missing letters), rewrite atau menulis ulang dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut lebih kepada kemampuan menulis (writing) yang mengarah pada penguasaan vocabulary.
Adapun aktifitas lain yaitu reading. Biasanya guru memberikan contoh atau membacakan suatu teks bacaan sederhana dalam Bahasa Inggris. selanjutnya murid menirukan dan membaca teks bacaan tersebut. Aktifitas reading ini juga di dalamnya lebih mengarah pada translation yang tidak jauh berbeda dengan aktifitas yang mengarah kepada vocabury. Kegiatan reading ini pada akhirnya diakhiri dengan questions atau pertanyaan berdasarkan pada teks bacaan atau dalam bentuk true or false statement.
Model pengajaran seperti di ataslah yang selama ini mewarnai pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris di tanah air yang sudah berjalan turun temurun terutama di tingkat sekolah dasar. Pembelajaran lebih ditekankan pada penguasaan dan pengenalan vocabulary. Biasanya output yang dihasilkan lebih kepada pengetahuan(kognitif). Vocab-based-learning ini kurang dapat menguasai Bahasa Inggris untuk tujuan komunikatif. Para siswa kurang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Ranah afektif dan psikomotorik sangat sedikit di dalam model pembelajaran yang menganut pada vocabulary-based-learning. Padahal kalau kita mengacu pada tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar adalah untuk tujuan Bahasa Inggris sebagai kemampuan performatif artinya setelah mempelajari Bahasa Inggris pada tingkat ini siswa dapat memiliki kompetensi bekomunikasi dalam Bahasa Inggris secara sederhana dalam konteks sekolah dan lingkungan sekitar.
Berbeda dengan model pembelajaran yang bebasis pada communicative-based learning. Dengan model pembelajaran ini para siswa didorong aktif berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Bahasa berfungsi sebagai penyerta tindakan(Language Accompanying Action). seperti yang telah dirumuskan dan dianjurkan oleh kurikulum. Ini menuntut guru untuk aktif dalam menggunakan Bahasa Inggris. seorang guru yang mengajar Bahasa Inggris berusaha mendorong dan menyemangati siswa di dalam pembelajaran di kelas. The beginning is hard, it’s difficult to get started but it will smoothly run then, awalnya memang perlu adaptasi dan susah akan tetapi selanjutnya pembelajaran Bahasa Inggris akan menjadi hidup. Dalam pembelajarannya, guru selain menggunakan bahasa ibu(bahasa Indonesia)juga lebih sering menggunakan Bahasa Inggris. setiap aktifitas di kelas Bahasa Inggris lebih digunakan karena Bahasa pada prinsipnya memang untuk diterapkan dalam percakapan real di dalam kehidupan sehari-hari/di kelas. Model pembelajaran seperti ini bisa dikatakan juga dengan scaffolding talk yaitu guru membiasakan anak dengan ucapan dan ungkapan dalam Bahasa Inggris sehingga anak secara tidak langsung diajak real dalam berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.