TEMPO.CO, London – Sekelompok peneliti dari King College London, Inggris menemukan pengecekan darah revolusioner. Tes darah ini bisa memberitahukan berapa lama seseorang akan bertahan hidup dan seberapa cepat penuaan akan datang.
"Para ilmuwan telah menemukan 'sidik jari' kimia dalam darah yang dapat memberikan petunjuk bagi kesehatan bayi dan tingkat penuaan di akhir kehidupan," tulis Daily Mail, Selasa, 9 Juli 2013. Penemuan ini memberikan prospek tes sederhana yang dapat membantu dokter untuk mencegah kerusakan akibat penyakit di usia tua pada seseorang.
Ini bisa mengarah pada pengembangan pengobatan baru untuk mengatasi masalah kesehatan terkait usia, seperti masalah tulang dan penyakit jantung.
Para ilmuwan mengidentifikasi 22 metabolit, yakni molekul kecil yang berkaitan dengan metabolisme. Metabolit mungkin menjadi indikator penuaan. Secara khusus, metabolit dapat menjadi indikator untuk mengecek fungsi paru-paru, kepadatan tulang, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
Ilmuwan percaya, tingkat dalam metabolit yang disebut C-glyTrp, bisa mencerminkan bilamana penuaan dipercepat saat dewasa kelak. Ini juga dikaitkan dengan berat lahir. Berat lahir dikenal sebagai cerminan penuaan alami.
"Peneliti telah lama tahu, berat lahir seseorang merupakan faktor penentu kesehatan di usia pertengahan dan usia tua. Orang yang memiliki berat lahir lebih rendah akan lebih rentan pada penyakit terkait usia," ujar Profesor Tim Spector, pemimpin penelitian ini.
"Sejauh ini, mekanisme molekuler yang menghubungkan berat badan lahir rendah terhadap kesehatan atau penyakit di usia tua tetap sulit dipahami. Namun, penemuan ini telah mengungkapkan salah satu jalur molekuler yang terlibat di dalamnya," ia menjelaskan.
Tim Profesor Spector menganalisis 6000 sampel darah. Para peneliti mengidentifikasikan 22 metabolit. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa gen yang memengaruhi kadar C-glyTrp dapat dimodifikasi oleh epigenetik. Epigenetik adalah suatu proses beralihnya gen, baik penonaktifan gen maupun perubahan aktivitas gen. Proses ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Perubahan epigenetik dalam darah dapat mempengaruhi metabolisme seseorang selama hidupnya, sehingga mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit yang berkaitan dengan usia.
Peneliti lain, Dr. Ana Valdes mengatakan, "Penuaan manusia adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan. Namun, gen hanya menjelaskan bagian kecil dari cerita ini."
Perubahan molekuler yang mempengaruhi usia seseorang dipicu oleh perubahan epigenetik. Penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology merupakan penelitian pertama yang menganalisis darah dan perubahan epigenetik untuk mengidentifikasikan hubungan antara berat lahir dan laju penuaan.
Ini dapat membantu kita memahami bagaimana rendahnya nutrisi di dalam rahim dapat mengubah jalur molekuler yang memengaruhi laju penuaan dan risiko yang lebih tinggi dari penyakit akibat penuaan. Memahami jalur molekuler yang terlibat dalam proses penuaan pada akhirnya bisa membuka jalan bagi terapi masa depan untuk mengobati kondisi yang berkaitan dengan usia.
"Dari penemuan 22 metabolit terkait dengan penuaan yang terdeteksi dalam darah, kita sekarang dapat memprediksi umur sebenarnya dari sampel darah dengan cukup akurat. Di masa depan, semoga ini dapat disempurnakan sehingga berpotensi untuk mengidentifikasikan penuaan biologis," ujar Spector optimis.
DAILY MAIL | ANINGTIAS JATMIKA
Topik terpopuler:
Penemu Muda | Bursa Capres 2014 | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Berita lainnya:
Modus Baru, Bobol ATM Tanpa Mengurangi Saldo
Bos Sanex Steel Disebut Pernah Setor Anas Rp 5 Miliar
Usut Korupsi, Jenderal Heru Malah Dihukum 6 Bulan
5 BUMN yang Diduga Saweran untuk Anas Urbaningrum