TEMPO.CO , Surabaya:Pelajar SMP di Surabaya, Linus Nara Pradhana, 14 tahun, membuat karya helm anti-gegar otak yang diberi nama Helm Impact. Dalam pembuatannya, Linus menemui kesulitan dalam menentukan kekuatan plastik yang ada di dalamnya. Bagaimana memastikan plastik pecah hingga kedua bahan kimia yang berada di dalam plastik bercampur kala benturan akibat kecelakaan terjadi.
"Semuanya harus diukur, diperhitungkan dan dicoba banyak kali," kata Nara kepada Tempo. Akhirnya setelah melakukan serangkaian percobaan dan perhitungan yang pas, usaha Nara membuat helm pencegah gegar otak membawa hasil. "Sudah bisa dipastikan kedua plastik berisi cairan dan serbuk itu pecah dan akan bercampur ketika ada benturan," katanya.
Helm Impact bentuknya seperti helm pada umumnya. Di bagian dalam helm terdapat kantung yang dilengkapi dua plastik. Masing-masing plastik berisi serbuk dan cairan kimia.
Nara menggunakan asumsi berat total sepeda motor dan pengedara harus 200 kilogram. Motor melaju pada kecepatan 60 kilometer per jam. Saat kendaraan jatuh, pengendara diperkirakan terlempar satu meter. Ketika kepala terbentur, plastik baru akan pecah.
Suhu ketika kantung plastik pecah akan turun 21 derajat Celsius. Asumsinya, suhu helm 32 derajat Celsius menjadi hanya 11 derajat celcius pada menit pertama. Suhu kembali naik menjadi 27 derajat celsius atau suhu ruangan dalam 25 menit. "Waktu 25 menit tersebut sudah cukup untuk penanganan pertama terhadap kepala pengendara motor," kata Nara.
Ayah Nara, Gunawan Siswoyo, mengatakan, helm ini siap diproduksi secara massal. Perusahaan pembuat helm, PT Centra Bahari Ekatama, bakal memproduksi secara massal helm tersebut. "Sudah siap diluncurkan. Masih menunggu proses paten saja," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA