TEMPO.CO, Gresik - Karya Braille Glass milik Nadya Almass Lutfiahardha Arief dari SD Muhammadiyah Manyar, Kabupaten Gresik sempat dilombakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2011 dalam ajang National Young Inventor Awards. Sayangnya, keberuntungan belum memihak Nadya dan timnya.
Kendati gagal menggondol gelar, LIPI merekomendasikan ikut ajang International Exhibition for Young Inventors tahun 2012 di Thailand. Dalam lomba di Thailand, kata Tari, panitia mensyaratkan karya harus mudah diaplikasikan dan bermanfaat langsung pada masyarakat. "Mungkin saingan saya waktu di LIPI sudah SMA semua. Pengalaman mereka lebih banyak," ujarnya, Rabu 26 Juni 2013.
Atas rekomendasi dan biaya akomodasi dari LIPI, Nadya dan Ria Eka Lestari segera meluncur ke Thailand. Mereka harus tinggal selama 5 hari di Negeri Gajah Putih itu. Gagal di tingkat nasional, karya ini berhasil menggondol medali perunggu di tingkat internasional.
Menurut Tari, panitia IEYI 2012 kepincut dengan karya Nadya yang dianggap sederhana, simpel, murah tapi sangat bermanfaat bagi tunanetra dan mudah diaplikasikan.
Menyabet juara III merupakan satu prestasi membanggakan. Ada hikmah dari kegagalan di tingkat nasional. Hikmahnya, katanya, karya yang dilombakan oleh LIPI itu harus sulit agar terbentuk pola pikir yang sulit, kendati karya itu belum tentu mudah diaplikasikan langsung ke masyarakat . "Padahal di IEYI, yang dinilai karya yang simpel tapi langsung bisa dirasakan masyarakat."
Selain SD Muhammadiyah Manyar, SD Petra Sidoarjo berhasil meraih emas di ajang IEYI 2012 Thailand. Pencapaian ini setelah SD Petra juga gagal meraih medali di LIPI. Bedanya, SD Petra Sidoarjo langsung mematenkan karyanya sebelum ikut lomba di Thailand. Tari bertutur, tidak punya banyak waktu dan dana untuk mengurus HAKI.
Dalam ajang NYIA, kategori yang dilombakan dari usia 8-17 tahun. Tari menyayangkan soal karya-karya yang sebenarnya mudah diaplikasikan, tapi gagal meraih medali. Sementara Nadya, tak ambil pusing dengan hasil jeblok di LIPI.
Baginya, meraih perunggu di IEYI 2012, sudah prestasi yang membanggakan dan menjadi pemicu untuk mengasilkan karya yang lebih bagus lagi. "Saya hanya terpikir ikut lomba, tidak ada niatan mematenkan karya," ucapnya.
DIANANTA P. SUMEDI