HAIFA - Perempuan-perempuan di Israel yang mengklaim menjadi saksi mata peristiwa Holocaust (pembantaian Nazi Jerman terhadap Yahudi), bergabung dalam kontes untuk meraih penghargaan Miss Holocaust. Kontes yang digelar di Haifa itu, juga menuai kontroversi.
Kontes Miss Holocaust itu mendapat kritik dari sejumlah aktivis atau pun warga di Israel. Pemimpin dari organisasi korban Holocaust di Negeri Yahudi, Colette Avital, mengatakan bahwa konsep dari kontes itu sangat tidak pantas.
"Ini terdengar mengerikan untuk saya, saya mendukung jalan hidup yang ditujukan untuk memperkaya diri, namun kontes yang diikuti para korban yang selamat dari pembantaian ini, tidak akan membuat hidup mereka menjadi lebih berarti," ujar Avital, seperti dikutip Daily Mail, Sabtu (30/6/2012).
Meski demikian, penyelenggara acara itu menampik kritik-kritik yang muncul. Mereka mengatakan bahwa, penilaian yang diberikan oleh dewan juri terhadap kontestan sangat banyak dan tidak hanya terfokus pada kecantikan. Bagi kontestan yang sanggup menceritakan insiden holocaust, kisah perjuangannya, serta kehidupannya dengan baik akan dinobatkan sebagai "Miss Holocaust."
"Mereka merasa lebih baik setelah bertemu satu sama lain. Mereka terlihat senang dan banyak di antara mereka yang tertawa-tawa. Banyak pula yang ingin bergabung dalam kontes ini," ujar penyelenggara acara Shimon Sabag.
Hampir dari 300 perempuan Israel yang berusia 74 hingga 97 tahun, mendaftarkan diri dalam kompetisi ini dan 14 finalis pun muncul beberapa hari yang lalu. Mereka mengenakan gaun hitam, giwang dan kalung.
Mereka berjalan di karpet merah, diiringi dengan musik. Perempuan-perempuan itu pun memperkenalkan diri mereka dan menceritakan kenangannya di Perang Dunia II.
Kontes Miss Holocaust itu mendapat kritik dari sejumlah aktivis atau pun warga di Israel. Pemimpin dari organisasi korban Holocaust di Negeri Yahudi, Colette Avital, mengatakan bahwa konsep dari kontes itu sangat tidak pantas.
"Ini terdengar mengerikan untuk saya, saya mendukung jalan hidup yang ditujukan untuk memperkaya diri, namun kontes yang diikuti para korban yang selamat dari pembantaian ini, tidak akan membuat hidup mereka menjadi lebih berarti," ujar Avital, seperti dikutip Daily Mail, Sabtu (30/6/2012).
Meski demikian, penyelenggara acara itu menampik kritik-kritik yang muncul. Mereka mengatakan bahwa, penilaian yang diberikan oleh dewan juri terhadap kontestan sangat banyak dan tidak hanya terfokus pada kecantikan. Bagi kontestan yang sanggup menceritakan insiden holocaust, kisah perjuangannya, serta kehidupannya dengan baik akan dinobatkan sebagai "Miss Holocaust."
"Mereka merasa lebih baik setelah bertemu satu sama lain. Mereka terlihat senang dan banyak di antara mereka yang tertawa-tawa. Banyak pula yang ingin bergabung dalam kontes ini," ujar penyelenggara acara Shimon Sabag.
Hampir dari 300 perempuan Israel yang berusia 74 hingga 97 tahun, mendaftarkan diri dalam kompetisi ini dan 14 finalis pun muncul beberapa hari yang lalu. Mereka mengenakan gaun hitam, giwang dan kalung.
Mereka berjalan di karpet merah, diiringi dengan musik. Perempuan-perempuan itu pun memperkenalkan diri mereka dan menceritakan kenangannya di Perang Dunia II.
Semoga dapat bermanfaat buat kawan-kawan sekalian. Salam Bang Dayat.