CALISTUNG (MemBaca , Menulis, Berhitung) Di TK dan PAUD? Perlu? (Artikel Pendidikan Kreatif Untuk Anak Usia Dini dan Taman Kanak-kanak)

CALISTUNG (MemBaca ,  Menulis, Berhitung)  Di TK dan  PAUD?  Perlu?
 (Artikel Pendidikan Kreatif Untuk Anak Usia Dini dan Taman Kanak-kanak)


Materi seperti judul artikel ini sering menjadi sebuah perdebatan yang seru. Karena banyak sekali faktor yang membuat masalah ini menjadi sebuah dilemma. Benarkah Calistung (Membaca, Menulis, Berhitung) penting untuk diajarkan di tingkat pendidikan setaraf TK dan PAUD?

Orang tua mana yang tidak bangga bila anaknya bisa menari dengan baik dan dikagumi oleh banyak orang karena talenta yang dia miliki? Begitu juga dengan kemampuan anak dalam membaca, menulis, dan berhitung. Tidak ada orang tua yang tidak bangga bila anak pintar dan cerdas dalam membaca, menulis, dan berhitung. Dan guru mana yang tidak senang saat dipuji oleh orang tua anak didiknya, khususnya disaat anak-anak didiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung.

Ditengah “keberhasilan” para pendidik anak dalam mengajarkan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung kepada siswanya, saya akan memberikan sebuah pengalaman dari seorang bunda yang memiliki seorang putra. BUnda ini bernama Novita Ang. Bunda Novita Ang menyadari akan kelemahan motorik yang dialami oleh buah hatinya. Di saat siswa lain berhasil mengikuti pelajaran membaca, menulis, dan berhitung, bunda ini justru sering mendapat keluhan dari seorang guru. Sang guru menceritakan betapa lemahnya buah hatinya ini dalam menerima materi pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Sang Bunda sempat mengalami perdebatan dengan para pengajar PAUD. Puncaknya kekecewaan sang bunda adalah ketika seorang guru mengatakan,”Sampai kapan anak ibu seperti ini?” Ketidakbijaksanaan sang guru membuat sang bunda harus mengeluarkan buah hatinya pada akhir semester I. Kemudian Sang bunda memindahkan buah hatinya ke sekolah lain. Di sekolah yang baru, sang bunda bisa merasakan perkembangan anaknya yang terlihat lebih fun dan ceria. Kemampuan motorik halus dan bahasa sang buah hati lebih berkembang. Namun ada satu ganjalan di dalam hatinya. Yaitu pada saat sang anak menerima materi pelajaran berhitung dengan materi soal,

” 7 + …. = 15.” Bunda ini lebih setuju kalau di tahap pendidikan anak usia dini lebih dipentingkan pembelajaran kelompok yangg lebih diarahkan pada budi pekerti, seni, kemampuan fisik/motorik, berbahasa dan kognitif sederhana seperti pengenalan warna, mengelompokkan benda menurut bentuk, ukuran dan jenis, mengenalkan aneka buah sayur, alat transportasi dan sebagainya. Alangkah baiknya jika masa kanak-kanak mereka dilalui dengan fun, dengan membiarkan mereka bermain...bermain...dan bermain karena dng bermain pun mereka juga belajar. Belajar mengenal teman, lingkungan, melatih keberanian, kemandirian serta kepedulian. Karena mengasah kemampuan sosialisasi anak seperti yang disebutkan diatas lebih sulit daripada mengasah kemampuan akademik anak.


Bagaimana dengan anda? Apakah anda sepakat dengan pendapat dari Bunda Novita Ang? Atau punya pendapat lain?

Kalau menurut pendapat saya pribadi, apa pun materinya bukanlah masalah. Mau materi membaca, menulis, berhitung , kimia, fisika, biologi, semua tidak masalah. Yang terpenting di sini adalah cara penyampaian. Jangan sampai anak didik merasa dipaksa untuk bisa mengikuti materi pelajaran yang kita berikan. Kita juga jangan membandingkan antara siswa yang cerdas dengan siswa yang masih butuh belajar.

Berbicara tentang cara penyampaian, kehadiran sebuah media pembelajaran sangat diperlukan. Sebagai seorang pencipta lagu, saya sudah menciptakan sebuah lagu tentang belajar membaca dan berhitung. Kita mungkin juga pernah mendengar tentang flascard (media pembelajaran dengan sebuah kartu). Sekarang juga banyak muncul pendongeng-pendongeng professional yang bisa “digunakan” sebagai sarana pengajaran. Permainan edukatif pun semakin beragam dan bervariasi. Kehadiran e-book(buku internet) atau software komputer yang ditujukan pada anak usia dini pun semakin bermunculan. Tidak lupa, bukankah Negara kita juga mempunyai banyak permainan tradisional yang edukatif? Jadi marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk bisa memanfaatkan media pembelajaran buat anak sesuai dengan perkembangan jaman. Mari kita mejadi guru yang kreatif dalam menciptakan sesuatu dan membuat terobosan baru demi kebaikan anak-anak bangsa. Tidak perlu terlalu lama menunggu instruksi dari “atas”, karena beliau-beliau yang di “atas” pun selalu mengamati yang berada di bawah dan perkembangannya. Kreatiflah dalam membangun ciri khas, sehingga dari ciri khas itu nantinya akan menjadi cahaya terang dan penuntun bagi sesamanya.


Silakan Mempublikasikan Karya-karya Saya dengan mencantumkan:Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com